Saturday 2 April 2011

Home » » SK

SK


Setelah si Jono ini didaulat menjadi ketua TARKA, dia lalu mulai mengumpulkan para mentri yang akan membantunya menjalankan agenda yang akan segera disusun. Karena ga ada yang kampanye untuk mencalonkan diri, dia lalu main asal tunjuk aja. “Aku aja ga pake kampanye, ga nyalonin, malah ga dateng, tapi kejebak jadi ketua, berarti anak buah gimana aku aja”, pikir si Jono. Setelah mendapat wangsit dan meminta pendapat dari beberapa ahli, dia lalu membentuk kabinet yang berisi Agni (wakil ketua), Fani (sekretaris), Akti (bendahara), Bram (divisi acara), Opik (divisi agama), Abud (divisi humas), Wibi (divisi kesenian), Santika (divisi makanan).

Sebenernya ada beberapa lagi anggotanya, tapi inilah yang utamanya. Dan supaya diberikan kedudukan yang kuat dari sisi hukum, maka perlu disahkan dengan SK yang ditandatangani oleh para RT. Sebenernya TARKA di komplek ini agak unik, karena dalam satu komplek terdapat 2 RT yang berbeda. RT 08 dan RT 09. Sejarahnya sendiri ga ada yang tau. Ataupun klo tau juga ga pernah bilang-bilang. Soalnya kata Pak Farid yang ketua DKM, klo bergunjing itu hukumnya haram.

Akhirnya setelah SK disusun, para dedengkot TARKA menghadap ke ketua RT 09 dahulu. Ketika itu malam hanya diterangi oleh sinar bulan yang mengintip malu-malu di balik awan. Tapi karena cuma dikit, ga terlalu ngepek sih. Lebih terang lampu yang menyala di pojokan jalan.

Gerombolan itu pun mengetuk pintu. Tok..tok..tok… “Assalamualaikum,” teriak mereka. Dan pintu pun dibuka oleh istrinya pak RT. “Waalaikumsalam. Oh, ada apa ya?” Tanya ibu RT. “Bapak ada Bu? Kami ingin bertemu,” jawab si Jono. “Oh, silahkan masuk. Ibu panggil bapak dulu,” kata ibu RT itu.

Gerombolan itu pun masuk dan tak lama kemudian pak RT datang. “Eh, ada apa ya?” tanya pak RT. “Ini Pak, saya mau nyerahin draft SK TARKA untuk ditandatangani Bapak,” jawab Jono. Setelah dibaca dan dicoret dikit, lembar pengesahan pun ditandatangani plus dicap.

“Ini sudah saya koreksi dikit dan udah ditandatangani juga. Kalo udah resmi, nanti kirim ke saya lagi ya buat arsip,” kata pak RT. “Baik Pak. Kalau begitu kamu permisi, assalamualaikum,” kata Jono mewakili temen-temennya. “Waalaikumsalam,” jawab pak RT.

Gerombolan itu pun lalu menuju target selanjutnya, ketua RT 08. Dan adegan yang mirip pun kembali terulang. Tok..tok..tok… “Assalamualaikum,” teriak mereka. Tapi sekarang langsung dibuka oleh pak RT. “Waalaikumsalam. Oh, masuk-masuk,” jawab pak RT. “Ada apa ya?” tanya pak RT setelah mempersilahkan duduk. “Ini Pak, saya mau nyerahin draft SK TARKA untuk ditandatangani Bapak,” jawab Jono.

Ini yang beda, kan ga harus sama terus. Setelah membaca sekilas, pak RT berkata, “Tinggal dulu aja draft nya ya, nanti saya cek”. “Baik Pak. Kalau begitu kamu permisi, assalamualaikum,” kata Jono mewakili temen-temennya. “Waalaikumsalam,” jawab pak RT.

Tapi ternyata SK tersebut ga pernah sah. Ga pernah resmi. Karena SK tersebut tetap berada di rumah ketua RT 08 sampai sekarang. Opik yang ditugasi untuk memantau, karena rumahnya dengan rumah pak RT cuma dibatasi tembok, lupa untuk menanyakan. Lagipula gerombolan itu sudah harus disibukkan oleh acara 17 Agustus an yang akan segera hadir. Jadi rezim Jono telah memimpin TARKA dengan illegal. Tapi anehnya ga ada yang protes, demo nyuruh dia turun. Padahal tanpa didemo pun, si Jono dengan ikhlas akan meletakkan jabatannya. Beda dengan para rezim sekarang yang udah terlalu lama menjabat, tapi ga mau mundur. Walau terbukti salah.

Jadi sebenernya orang yang punya sifat mirip si Jono ini yang cocok untuk jadi pemimpin. Tidak gila jabatan. Tidak mencalonkan diri pun terpilih. Klo itu sih sebenernya lebih ke nasib buruk aja mungkin ya… hehehe….

No comments:

Post a Comment